Era Bunga Yang Mulai Tinggi Dimulai, BI Berencana Memotong Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2019

HarianPress. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2019 akan lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,1-5,5%. Hal itu seiring dengan kenaikan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate yang sudah mencapai 175 basis poin sepanjang tahun ini.

"Pasti berdampak pada pertumbuhan. Dengan bunga semakin tinggi, kami memotong outlook 2019 dari perkiraan tertentu menjadi kisaran yang lebih rendah," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi Nasional di Solo,

Namun, ia enggan memerinci perubahan proyeksi tersebut hingga Pertemuan Tahunan BI pada 27 November mendatang. Ia hanya menjelaskan bahwa bunga acuan yang terus meningkat hingga pada titik tertentu akan memengaruhi investasi dan impor.

Akan tetapi, kenaikan bunga acuan tersebut akan diimbangi dengan kebijakan yang dapat menopang pertumbuhan, seperti paket kebijakan pada sektor riil yang akan menjaga momentum investasi. Adapun, pemerintah baru saja meluncurkan paket kebijakan ekonomi terbaru guna menarik investasi asing masuk.

Untuk tahun ini, Dody meyakini kenaikan bunga acuan belum akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ia optimistis ekonomi bisa tumbuh 5,2%, artinya dalam rentang perkiraan BI. "Transmisi suku bunga nanti bisa berpengaruh ke depan, tapi di 2018 belum terpengaruh," ujarnya.

Pertumbuhan ditopang oleh investasi dan konsumsi. Investasi didorong oleh pembangunan infrastruktur dan harga komoditi yang kompetitif. Sementara itu, konsumsi diperkirakan tetap terjaga. Hal itu dengan melihat indikator keyakinan konsumen. 

Keyakinan konsumen diperkirakan tetap berada pada level optimis, terutama konsumen dengan pengeluaran pada kisaran Rp 1-2 juta. Pendapatan konsumen tersebut diperkirakan meningkat lantaran adanya siklus akhir tahun.

Belanja pemerintah juga diperkirakan masih positif hingga akhir tahun seiring dengan pendapatan yang meningkat.

Adapun BI menaikkan bunga acuan secara agresif untuk membantu stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kenaikan bunga acuan diharapkan bakal meningkatkan daya tarik pasar keuangan Indonesia, khususnya pasar Surat Berharga Negara (SBN), terutama bagi asing. Dengan begitu, pasokan dolar AS bisa membesar.

Selain itu, kenaikan bunga acuan diharapkan dapat meredam defisit transaksi berjalan (ekspor-impor barang dan jasa) imbas kenaikan impor seiring meningkatnya aktivitas ekonomi domestik. Dengan begitu, permintaan dolar AS bisa ditekan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kok Mau Ada Impor? Ssedangkan Kementan Catat Jagung Surplus 12,98 Juta Ton,

Pelaku Mabuk Pembalut Wanita Sulit Dijerat Hukum

Neraca Dagang yang Tekor Membuat Pertumbuhan Ekonomi RI Terhambat